Rabu, 09 Oktober 2013

Gerakan Revolusioner dari Jogja

kawan-kawan dari Jogja sudah muak dengan 'hilangnya' nyawa dari clothing indonesia yang mulai kebarat2an dan ga punya keunikan pada produk-produknya.

Distro yang awalnya lahir untuk menolak industri clothing yang sudah-sudah sekaligus dengan tujuan lebih idealis, malah sekarang menjadi senada dengan kebarat-baratan. Minimnya produk lokal yang dikembangkan mampu mengurangi identitas, nilai kebanggaan, hingga nilai jualnya. Inilah semangat inisiasi awal dari Voice Of Jogja. Pemilik sekaligus pengrajinnya, Mas Hery Hermawan, khawatir melihat banyaknya tren distro atau produk lokal yang kurang memiliki idealisme sendiri. Desain dan prosesnya sendiri meliputi budaya Jogjakarta, Jawa, dan Indonesia, namun tetap dengan gaya desain realis anak muda. Salah satu inspirasi gayanya adalah dari illustrator Iain Macarthur. 

Desain kaos yang dibuatnya kebanyakan memiliki konsep dualisme, yaitu tren modern yang diambil dengan sosok atau unsur lokal, seperti kaos Pak Raden dengan detail surealis ini. Atau, kaos burung Derkuku yang cukup banyak spesiesnya di Indonesia. Hebatnya burung ini lebih dikenali turis luar yang hadir dengan sebutan Turtlebird. 

Selain kaos sablon ada kaos lukis yang menggunakan teknik kuas langsung dari pewarna batik atau biasa disebut cat remasol. Maka dari itu kaos lukis hanya memiliki 1 piece per desainnya.Bahan kaos juga ada 2: dari katun dan serat bambu. Kaos serat bambu lebih ditujukan kepada segmen menengah kebawah, dengan tujuan agar orang lokal pun bisa menggunakan produk yang berkualitas.Voice Of Jogja = Mas Hery sendiri, selalu terkenal ramah dan sangat informatif. 

Dengan menceritakan setiap proses dan ide dibalik kaos-kaosnya, para pengunjung yang hadir akan membawa pulang juga wawasan tentang budaya Indonesia. Kampung yang dulunya terkenal dengan nama Kampung Batik ini, sengaja dipilih dengan alasan ingin menghadirkan inovasi dan tetap menjaga idealisme di sini. Belum lagi fakta bahwa Taman Sari adalah salah satu tujuan wisata utama di Jogjakarta. Tak heran semakin banyak konsumen mancanegara yang tertarik dan memesan kaos-kaos ini. 








"Produk lokal seharusnya jangan dijual terlalu murah, karena jika produk selalu murah, akan lebih mudah dibajak. Tapi bila sebaliknya, produk lokal akan lebih terasa original dan lebih memiliki identitas kebanggan." -Mas Hery tentang tentang produk lokal dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar